Berbagai Profesi di Karnaval TK

Jika kemarin-kemarin kemeriahan HUT RI diwarnai dengan berbagai lomba, Cinta masih melanjutkannya dengan agenda lain. Kali ini karnaval bersama teman-teman TK se-Balikpapan.

Begitu diberitahu di wag kelas dua hari sebelumnya, aku langsung memberi tahu papah dan nenek. Yang semangat sudah pasti nenek. Karena sejak Nindy, nenek tidak pernah absen menonton cucu-cucunya karnaval. Apalagi, 2 tahun ini, seluruh kegiatan tidak bisa dilakukan. Otomatis, antusiasme jadi berkali-kali lipat.

Lanjutkan membaca “Berbagai Profesi di Karnaval TK”

Tak Apa Bekal Sederhana, Tapi Penuh Cinta

Di pertengahan tahun 2022 ini, sekolah-sekolah di Balikpapan sudah kembali beraktivitas. Meski sebagian masih belum menetapkan jam normal seperti dahulu. Karena jam sekolah yang belum normal, maka sekolah-sekolah yang biasanya menyediakan catering, meniadakan dulu. Masing-masing orangtuapun membawakan anak-anaknya bekal. Di sosial mediaku, sering sekali berseliweran menu-menu bekal anak sekolah. Tentu ini menginspirasi sekali. Tapi ada yang nyinyir juga lho. Ah itu mah selalu ada ya. Kalau dilihat dari sisi positifnya, kita malah tidak pusing menu setiap harinya. Karena bisa “ATM” dari postingan-postingan yang ada. Apalagi seperti aku, yang sering tidak mau ambil pusing.

Lanjutkan membaca “Tak Apa Bekal Sederhana, Tapi Penuh Cinta”

Belajar Puasa

Bagaimana ramadan kali ini? Apakah target yang ditentukan sudah mulai terlihat progresnya? Atau baru memulai? Buatku ada yang berbeda. Tahun ini, usia Cinta sudah 5,5 tahun. Aku dan suami sepakat untuk lebih semangat mengenalkan Cinta untuk berpuasa.

Tahun lalu, aku mengajak puasa, tapi tidak membangunkan Cinta sahur sama sekali. Jadi ketika tengah hari ia makan siang seperti biasa. Hanya saja, untuk camilan bolak balik diingatkan. Karena Bila, saat itu juga tidak berpuasa maka makin nyata kesulitan berpuasa. Sehari sebelum pemerintah menetapkan 1 ramadan, aku mendengar rencana Cinta dan Bila selama puasa.

Lanjutkan membaca “Belajar Puasa”

ASI Tidak Pernah Basi, Bener?

“Ma, susu yang di nenen mama itu bisa basi kah?” tanya Cinta selepas sholat magrib.

“Kalau di dalam, gak bisa. Tapi kalau sudah dikeluarin, terus ditaruh gelas, bisa basi kalau dibiarin lama-lama,” jawabku.

“Waktu Rangga kecil, Cinta pernah kan minum susu mama yang ditaruh di gelas?”tanyanya lagi.

Lanjutkan membaca “ASI Tidak Pernah Basi, Bener?”

Pilih KFC atau Richeese?

Anak-anak, biasanya sangat menyukai makanan olahan ayam. Meski hanya di goreng, tapi daging ayam bisa jadi menu aman dan nyaman. Apalagi ayam memang gampang ditemukan. Entah kenapa, anak-anak yang kukenal selalu menyukai ayam tepung krispi. Termasuk Cinta dan Rangga. Boleh dibilang, kami lebih menyukai ayam KFC dibanding merk lain. Meski ayam tepung krispi pinggiran juga tak kami tolak.

Lanjutkan membaca “Pilih KFC atau Richeese?”

Kasih Sayang

Nenek selalu lebih sayang cucu ketimbang anaknya. Aku sudah sering mendengarnya. Ah masa sih pikirku dulu. Aku tak percaya. Mungkin karena dulu tak ada cucu yang tinggal di rumah. Faiz cucu pertama ibu, rumahnya cukup jauh. Kedua orang tuanya bekerja, otomatis waktu bertemu akung dan utinya jarang. Kalaupun bertemu, paling lama hanya tiga jam.

Lanjutkan membaca “Kasih Sayang”

Lihat dari Sudut yang Berbeda

“Kalau nanti menikah, kita tinggal di mana? Di rumah orangtuaku, atau orangtuamu?” itu adalah pertanyaan standar yang kulontarkan ke suami dan pacar-pacar sebelumnya. Jawaban yang aku harapkan adalah terserah kalau harus di rumah orangtuamu, tidak masalah. Entah kenapa, sejak remaja yang tersetting di otakku adalah harus merawat ibu dan bapak. Tanpa sadar sudah terekam menjadi sandwich generation. Mungkin. Tapi kondisi bapak yang sakit, kedua kakak yang sudah menikah dan tinggal terpisah, membuatku bertanya-tanya, siapakah nanti yang akan merawat kedua orangtuaku.

Lanjutkan membaca “Lihat dari Sudut yang Berbeda”

Masih Jalan Kaki

“Buleek, udah mulai masak ya?” aku menyapa bulek Min. Tetangga yang memiliki warung makan di depan rumahnya.
“Lho, Cinta toh. Mau kemana,” bulek Min balik bertanya setelah menyadari bahwa aku yang menyapanya. Tapi dia bertanya ke Cinta, bukan ke aku.
“Mau les, Bude,” jawab Cinta.
“Itu lho ada motor. Pakai saja,” bulek Min berbicara padaku. Mungkin, dikira motorku sedang tidak ada di rumah. Makanya mengantar Cinta dengan berjalan kaki.
“Gak bulek. Anaknya yang minta jalan kaki ke tempat les. Di rumah ada motor kok,” jawabku sambil berlalu.

Lanjutkan membaca “Masih Jalan Kaki”

Takut

Aku rasa setiap orang punya rasa takut. Tak semua sama. Lalu, apa yang kamu takutkan selama ini? Dulu aku punya ketakutan khusus pada hewan cicak. Setiap bertemu cicak, aku selalu bergidik ngeri. Pernah suatu hari seorang teman iseng melempar cicak ke arahku, aku berteriak ketakutan. Tapi tak sampai menangis. Hanya geli bercampur kesal. Berbeda dengan temanku yang lain. Saking takutnya pada cicak, saat dilemparkan hewan mungil itu, ia bisa sampai pingsan.

Lanjutkan membaca “Takut”

Jalan Kaki

Cuit, cuit, cuit, cuit

Kudengar sayup-sayup suara burung dari dalam rumah. Matahari tampaknya masih malu-malu. Memilih bersembunyi di balik awan putih. Pagi ini tak sepanas biasanya. Kulirik jam di dinding, waktunya Cinta bersiap-siap.

“Ayo kak, sudah jam 8. Siap-siap dulu,” ajakku.

“Boleh jalan kaki aja kah?” tanya Cinta.

Lanjutkan membaca “Jalan Kaki”