Menyusui dan Menyapih, Momentum Sejuta Cinta

Scroll……. 

Scroll….. 

Scroll… 

Siapa yang punya hobi scroll? Tos dulu yuk! Selain suka scrolling di media sosial, aku juga suka scrolling di galeri handphone. Ngapain? Ngeliatin foto-foto yang ada. Saking seringnya mengabadikan momen, aku selalu lupa untuk memilih foto-foto. Jadi jangan kaget kalau ada banyak foto di galeriku. 

Memilih isi galeri, buatku sangat memakan waktu. Kayaknya harus fokus dan tidak boleh diganggu. Karena sekali diganggu, maka akan kembali menumpuk. He-he. 

Lanjutkan membaca “Menyusui dan Menyapih, Momentum Sejuta Cinta”

Manis-Manis di Zona Aman Makanan

Comfort Food adalah istilah yang biasa digunakan untuk makanan yang jadi obat kangen. Makanan ini biasanya dipilih mengingatkan pada rumah atau kenangan yang telah lalu. Nah, hati yang sedang gundah gulana, saat bertemu dengan comfort food, biasanya akan lebih damai. 

Suamiku misalnya, comfort foodnya adalah mie goreng. Cuaca hujan, bikin mie goreng. Bingung makan apa, bikin mie goreng. Bukan mie instan lho. Itu mie goreng kiloan yang beli di pasar. Mie instan biasanya jadi pilihan terakhir kalau stok mie di pasar hilang. He-he.

Lanjutkan membaca “Manis-Manis di Zona Aman Makanan”

Bun, Anaknya Mimisan !

“Bunda, di mana? Sudah mau jemput Revalina?” Tanya suara ustazah Rina di seberang telpon. 

“Saya sudah di parkiran ustazah. Ini mau ke arah gerbang,” jawabku sambil berjalan cepat. 

“Revalina mimisan bunda. Sebentar saya antar ke depan,” kata Ustazah Rina lagi. 

DI depan gerbang sekolah, kulihat beberapa orang tua sekelas Cinta sudah menunggu. Salah satu sahabat SMAku, Merry, anaknya juga sekelas Cinta juga sedang menunggu. “Belum keluar ka,” kata Merry seakan membaca pikiranku. 

“Katanya Cinta mimisan,” ceritaku tanpa ditanya. 

“Sering?” tanyanya lagi. 

“Gak sih! Malah seringan Rangga,” jawabku. 

“Kenapa pula anak-anak kayak mamanya. Sering mimisan di sekolah. Tapi jadi gk panik ya?,” tanya Merry lagi. 

“Haha. Iya eh,” jawabku lagi. 

Lanjutkan membaca “Bun, Anaknya Mimisan !”

Si Putih (Unedited Version) – Tere Liye, Berkelana

Masih di serial petualangan dunia paralel. Namun kali ini menceritakan tentang si Putih. Bukan tentang Raib, Seli dan Ali. Apakah cerita tentang si Putih kucing kesayangan Raib? Entahlah. 

Cerita ini bermula di Klan Polaris. Hari itu, tanggal 1, minggu 1, bulan 1, tahun 1. Lah kok? Klan yang usianya jauh lebih tua ini, ternyata terjadi hal penting. Sampai-sampai penanggalan kalendernya harus tereset. 

Lanjutkan membaca “Si Putih (Unedited Version) – Tere Liye, Berkelana”

Pemburu Takjil

Beberapa hari ini, di feed instagramku ramai sekali membicarakan orang-orang non islam alias nonis yang ikut mencari takjil. Saking ramainya, konon banyak muslim gak kebagian takjil. Sampai ada beberapa konten kreator nonis yang mengakui kalau mereka juga menjadi pemburu takjil. Emang benar ya? 

Jujur saja, aku baru mengetahui ada trend ini. Karena dulu saat masih bekerja di ruang publik, teman-teman nonis tidak melakukan hal tersebut. Mungkin karena takjil untuk berbuka, sudah disediakan kantor. Jadi kami tidak perlu mencari-cari. Memang sih, saat kami berbuka puasa, mereka yang nonis juga ikut menikmati takjil yang tersedia. Tapi tidak sampai rebutan. 

Lanjutkan membaca “Pemburu Takjil”

Nebula (Unedited Version) – Tere Liye, Rahasia Orang Tua Raib

Di buku sebelumnya, Selena, Miss Selena yang sedang terpenjara menceritakan tentang kisahnya saat masih remaja dan belajar di Akademi Bayangan Tingkat Tinggi (ABTT). Guru matematika Raib, Seli dan Ali ini bolak-balik meminta maaf pada Raib. Raib bingung, kenapa guru matematikanya ini malah menceritakan kisah lalu, bukannya memberi tahu di mana ia berada. 

Di buku ini Miss Selena kembali menceritakan petualangannya dengan kedua sahabatnya, Tazk dan Mata. Cerita perjalanan mereka selama belajar di ABTT sebenarnya mirip dengan persahabatan Raib, Seli dan Ali. Saling melengkapi dan entah mengapa masalah selalu datang menghampiri mereka. 

Lanjutkan membaca “Nebula (Unedited Version) – Tere Liye, Rahasia Orang Tua Raib”

Target Membaca 2024

Pokoknya harus baca buku! Sebulan minimal 1 buku! Dahlah, baca buku anak aja, yang penting ketemu buku! Ahhh, pokoknya banyak banget alasan yang akhirnya membaca itu jadi agenda kesekian.

Aku yang dulu bisa menyelesaikan satu buku setiap hari, tampak jauh berbeda sekali dengan saat ini. Terutama saat aku baru menjadi ibu. Keluarga pasti yang utama ya. Tapi ternyata aku lupa, kalau membaca buku adalah salah satu sumber kebahagiaan untuk diriku sendiri. Kembali meletakkan membaca di prioritas atas, terutama membuat emosiku jauh lebih terarah. 

Lanjutkan membaca “Target Membaca 2024”

Selena (Unedited Version) – Tere Liye, Petualangan Miss Keriting

Selena. Jika sebelumnya di serial petualangan dunia pararel kita menikmati perjalanan Raib, Seli dan Ali, di cerita kali ini perjalanan guru matematika merekalah yang akan di ceritakan. 

Selena, gadis kecil yang tinggal di Distrik Sabit Enam. Distrik yang miskin dan alam yang tandus. Kedua orang tua Selena sangat miskin. Untuk kehidupan sehari-hari saja mereka kesulitan. Suatu hari, ayahnya jatuh sakit dan meninggal. Setahun kemudian, ibunya juga meninggal dan memberikan wasiat agar Selena mengunjungi pamannya di kota Tishri. Di sana, kehidupan remaja 15 tahun ini mengalami perubahan. 

Lanjutkan membaca “Selena (Unedited Version) – Tere Liye, Petualangan Miss Keriting”

Duta Pemuda, Kembangkan Bakat dan Potensi Diri

Duta Wisata, Duta Pemuda, Duta Anti Narkoba, hmmm Duta apalagi nih? Pastinya banyak ya! Kegiatan seperti duta-duta ini, tentu memberikan kegiatan positif buat anak-anak muda. Biasanya mereka-mereka yang aktif dalam kegiatan sejenisnya, memiliki visi dan misi ke depan. Bukan hanya untuk mereka sendiri, tapi juga lingkungan sekitarnya. 

Salah satu sepupuku, punya keinginan kuat mengikuti ajang tersebut. Ia pun rajin mencari informasi. Saat lulus SMA, barulah dia benar-benar fokus untuk mencoba mendaftar. Salah satu kesempatan yang belum lama ia ikuti adalah Duta Pemuda. 

Lanjutkan membaca “Duta Pemuda, Kembangkan Bakat dan Potensi Diri”

Carval yang Jadi Kenangan

Anak kelahiran tahun 90an, tampaknya akrab dengan alas kaki merk Carvil. Alas kaki yang satu ini didesain untuk bertualang di alam. Kalau kata ibuku sih, sandal gunung. Nah, saat itu aku yang masih sangat kecil, tentu tidak paham dengan merek. Iklan sandal Carvil beredar di mana-mana. Tentu saja, ibuku termasuk orang yang penasaran, sebagus apa sih sandalnya. 

Kebetulan di kampungku, ada satu keluarga kaya yang sering membicarakannya. Kami tetangganya, kebanyakan mengandalkan reviewnya untuk barang-barang yang harganya tidak normal untuk dibeli kala itu. Kalau dia bilang, ini bagus buat dibeli, sesuai harganya, dan review positif lain, maka saat ada uangnya dan memang butuh kami akan membelinya. Tapi kalau dia bilang, “menang harga aja nih. Gak enak dipakai, dan bla, bla, bla” dijamin, barang itu minim sekali akan dibeli. Seperti influencer masa kini lah ya. Ha-ha. 

Lanjutkan membaca “Carval yang Jadi Kenangan”