“Secara umum, guru terbaik atau pengasuh tidak dapat menyamai orangtua bahkan orangtua dengan pendidikan dan pengalaman yang biasa-biasa saja”
Tak sedikit dari kita, saat mendengar tentang pendidikan, gambaran muncul dibenak kita adalah sekolah. Jika ingin menempuh pendidikan, berarti harus sekolah. Kalau tidak bersekolah, berarti tidak berpendidikan. Kurang lebih seperti itu mindset yang biasa kita jumpai.
Padahal, sekolah adalah salah satu jalan untuk mendapatkan pendidikan, tetapi pendidikan itu sendiri tak hanya sekolah. Ada banyak cara lain, untuk menempuh pendidikan.
Buku yang ditulis Sumardiono ini berisikan gagasan-gagasan Homeschooling. Kekhawatiran banyak orangtua soal ijazah anak yang tidak bersekolah, bagaimana materi pendidikannya dan masih banyak lagi. Mulai bab pertama hingga selanjutnya, saling berkaitan.
Homeschooling, menurut Sumardiono, dibangun berdasarkan nilai-nilai kebebasan bertanggung jawab pada orangtua atas arah pendidikan anak-anaknya.
Asumsi dasarnya, setiap keluarga memiliki kemerdekaan untuk menentukan dan mengejar mimpi terbaiknya (termasuk dalam hal pendidikan). Menurut saya inilah yang menjadi penentu selanjutnya. Mengapa kita harus menentukan pendidikan anak-anak kita sendiri?
Homeschooling merupakan model pendidikan saat keluarga memilih menyelenggarakan sendiri dan bertanggung jawab pendidikan anak-anaknya. Hak dasarnya, tentu saja bersikap kritis terhadap definisi dan sistem eksternal yang ditawarkan keluarga.
Homeschooling sendiri adalah pendidikan berbasis keluarga yang masuk dalam jalur pendidikan informal.
Dengan memandang homeschooling sebagai sebuah kesempatan untuk melihat pendidikan dengan cara yang berbeda dari sekolah, tantangan besar dalam proses ini adalah menyiapkan kita menjadi individu dan keluarga pembelajar.
Hampir dari kebanyakan kita, tumbuh dan dibesarkan dalam sistem sekolah. Kita sering terpasung mempelajari mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dengan cara-cara yang dilakukan di sekolah. Hal itu sering membuat kita menganggap anak yang sedang sibuk dengan hobinya sebagai sebuah proses belajar. Kita baru merasa lega, kalau anak belajar matematika atau mata pelajaran lainnya. Dibandingkan kalau anak asyik mengutak atik komputer atau membuat prakarya yang ia sukai.
Tantangan terbesar homeschooling adalah kesiapan untuk membuka diri dan selalu belajar.
Keluarga homeschooling, kata Sumardiono, adalah praktisi. Bukan pengamat. Hal itu tidak lepas dari kesadaran bahwa orangtua adalah guru pertama dan utama.
Dalam buku ini, terdapat pula kutipan dari Dr Raymond Moore, seorang peneliti sekaligus penulis buku Better Late than Early
“Secara umum, guru terbaik atau pengasuh tidak dapat menyamai orangtua bahkan orangtua dengan pendidikan dan pengalaman yang biasa-biasa saja”
Perhatian dan cinta orangtua kepada anak tidak bisa digantikan oleh sistem dan ahli manapun. Walaupun ada kasus-kasus saar orangtua bersikap buruk kepada anak, peristiwa semacam itu hanyalah sebuah pengecualian. Bukan hal umum yang terjadi kepada orangtua. Sayangnya,potensi orangtua sebagai pendidik pertama dan utama sering tidak dianggap.
Secara umum, orangtua merupakan guru terbaik bagi ananya. CInta, perhatian, kerja keras, keinginan berhasil yang dimiliki orangtua adalah energi besar yang sangay berperan penting dalam keberhasilan pendidikan anak.





