“Di dunia ini, kita hanya seseorang. Tapi di mata anak orangtua adalah DUNIANYA”
Pengasuhan Spiritual Seorang Ibu Kepada Anak Laki-lakinya
Taraaaa… Setelah hampir tiga bulan menghilang *tsaaah* akhirnya ini blog kembali dikunjungi. (Padahal gak ada juga yang nyariin, hahaha). Awalnya, saya mengira setelah “keriwehan” usai, saya bisa kembali membaca dengan santai seperti sebelumnya. Tapi, siapa mengira setelah berubah status menjadi nyonya, kegiatan membaca tidak bisa sesantai biasanya *cari-cari alasan*
Dari beberapa buku yang belum tersentuh, buku Ibu dan Sang Jagoan saya pilih untuk menjadi pembuka tulisan di tahun 2016 ini *telat banget*. Mau punya anak cowok? Yups. Meski saya tetap menyerahkan semua pada Allah SWT, seperti biasa saya mencoba mempersiapkan diri sejak dini. Saya kerap mendengar, bahwa memiliki anak laki-laki tidak mudah. Di antaranya karena laki-laki nantinya akan menjadi imam dalam keluarga. Mendidik anak laki-laki, artinya menyiapkan anak-anak di generasi yang akan datang. Tak hanya anak laki-laki, begitupun anak perempuan. Alasan lain saya merasa wajib membaca buku ini, karena saya dibesarkan bersama dua orang kakak perempuan. Tidak ada laki-laki lain, selain bapak di rumah saya. Pola asuh anak laki-laki, saya jumpai lewat keluarga. Yang menurut saya, belum bisa saya jadikan tolok ukur.
Melihat cover buku Ibu dan Sang Jagoan, saya sempat mengira ini adalah sebuah novel. Mungkin hanya perasaan saya saja, ilustrasi depannya mengingatkan saya pada novel-novel yang pernah saya baca di perpustakaan saat Sekolah Dasar. 😀
Mengasuh anak perempuan dan anak laki-laki, ternyata tidaklah sama (ya iyalah, jitak kepala sendiri). Dalam buku ini, dijabarkan bahwa anak perempuan mudah meniru ibu mereka, menyerap tingkah laku ibu dan mengekspresikan diri sesuai dengan karakter keperempuanan yang telah dipelajari sejak dalam rahim. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa kasus komplikasi banyak ditemui pada janin anak laki-laki, ketimbang perempuan. Seetelah lahir, bayi perempuan juga lebih mudah beradaptasi, lebih mudah tersenyum, lebih ekspresif, mecapai kematangan otak lebih cepat dan masih banyak lagi.
Sedang bayi laki-laki, membutuhkan kemelekatan dengan ibunya lebih lama, karena ada beberapa area dalam otak yang membutuhkan waktu berkembang lebih lama ketimbang perempuan. Konon, mengandung bayi laki-laki membutuhkan kestabilan emosi.
Haruskan anak laki-laki lebih sering bersama ayah ketimbang ibu? Haruskan anak laki-laki dijauhkan dari kasih sayang ibu demi menjaga unsur maskulinitasnya? Apa urgensi peran ibu dalam mendampingi anak laki-laki yang tumbuh? Semua pertanyaan itu, terangkum dalam buku ini.
Judul : Ibu dan Sang Jagoan
Penulis : Dian Novoyanti, IndScript Creative
Penerbit : PT Alex Media Komputindo
Tahun : 2015