Mencontohkan Kasih Sayang

Belum lama ini, beredar video seorang ibu yang bercerita kalau dibuang anak-anaknya. Tidak lama kemudian, muncul klarifikasi salah satu anaknya berupa pasan suara. Banyak orang yang tersulut emosinya. Ada yang menyalahkan si anak, ada juga yang menyalahkan orangtuanya. Saya, tidak mau mengomentari video tersebut. Namun, saya belajar mengambil hikmah dari video-video tersebut.

Kita orang Indonesia, boleh jadi terbiasa dengan yang namanya sandwich generation. Saya sendiri mengetahui istilah tersebut beberapa tahun ini, setelah menikah. Sejak sebelum menikah, saya sudah berharap jika nanti saat tua, saya tidak mau menjadi “beban” untuk anak-anak.

Namun, saya tidak merasa keberatan dengan keadaan yang saya jalani dulu hingga sekarang. Saya hanya ingin memutus benang merah yang kurang baik. Apalagi, bapak dulu selalu berpesan, kalau anak perempuan milik suaminya setelah menikah. Jadi orangtua bukan lagi yang utama.

Sejak remaja, saya berpikir sayalah yang harus mengurus ibu dan bapak. Kenapa? Selain karena saya anak terakhir, kakak pertama memiliki rumah sendiri. Sedang kakak kedua, tinggal bersama mertuanya. Jadi tak ada lagi yang bisa menemani ibu dan bapak. Maka saya pikir, otomatis akan jatuh ke saya. Apalagi, bapak sudah sakit sejak saya masih kecil. Saya sudah terbiasa menjadi “penopangnya”. Saya bahkan pernah membayangkan, menjalani hari-hari tanpa ibu bapak, hati saya langsung sedih. Bukan karena manja, tapi saya kehilangan sekali salahsatu sumber belajar tentang kehidupan.

Jujur saja, saya sedikit aneh ketika mendengar (bukan hanya yang sedang viral ya) kalau ada anak yang keberatan mengurus orangtuanya. Tapi kalau saya pikir-pikir lagi, saya bisa legowo karena lingkungan pertemanan yang selalu mengajak saya untuk belajar dan bertumbuh. Ditambah lagi, ibu memberikan contoh yang baik. Meski lelah, tak pernah sekalipun saya melihat ibu bicara lebih tinggi dari bapak atau menampakkan ketidaksukaannya di depan bapak. Segala kebaikan ibu adalah panutan saya.

Belum lama ini, saya ngobrol dengan seorang nenek yang masih punya hubungan keluarga. Awalnya karena video viral tersebut. “Gak semua orangtua itu peduli sama anaknya. Contoh aja bapaknya (menyebut nama suaminya), dia itu gak urus sama anak-anaknya. Semua kebutuhan anak-anak aku yang penuhin supaya mereka sekolah. Alhamdulillah, setelah mereka besar gk ada satupun yang lupa sama orangtuanya. Bahkan gak ada yang dendam sama bapaknya,” kata si nenek. Semua itu, menurut nenek adalah sebuah keberuntungan. “Karena gk semua anak akan seperti itu. Ada juga anak yang diperhatikan dan disayang orangtuanya tapi anaknya abai. Mungkin ada yang salah sama pola asuhnya dulu. Tapi biar bagaimanapun kita harus perhatian sama anak-anak. Maugimana mereka ke kita besar nanti, itu urusan nanti,” pesan si nenek.

Sayapun berdapat demikian. Alasan lain saya menjaga dan merawat orangtua adalah saya ingin mencontohkan ke anak-anak bahwa mereka perlu menjaga dan memelihara kasih sayang pada orangtuanya. Kebaikan buat saya perlu dicontohkan dan diperlihara, agar tetap bisa berjalan berkesinambungan.

Tak ada orangtua yang sempurna. Tapi saya yakin, semua orangtua selalu berusaha yang terbaik untuk anak-anaknya.

3 tanggapan untuk “Mencontohkan Kasih Sayang”

  1. Bener banget mbak..saya dah lama pengennya malah ngajakin orgtua tinggal bareng..tapi pd blm ada yang mau..baik orgtua kandung maupun mertua..mungkin lbh nyaman tinggal dikampung..jdnya ga mau diajak kesini. Padahalkan klo tinggal bareng kitanya juga ga kepikiran setiap harinya.

    Suka

Tinggalkan Balasan ke fernati Batalkan balasan