Komet Miror (Unedited Version) – Tere Liye, Pencarian Pusaka Pemburu

Setelah bertualang di Klan Komet, sampailah ketiga sahabat di penghujung ujian. Setelah sampai di Pulau Hari Minggu ketiga sahabat ini ditipu habis-habisan oleh Max, yang ternyata adalah si Tanpa Mahkota. Ketiga remaja ini terikat tali perak. Tidak bisa bergerak. Semakin bergerak maka tali perak akan semakin kencang mengikat mereka. 

Tanpa sepengetahuan Ra dan Seli, Ali yang selama ini menyimpan cermin berbentuk berlian milik Batozar mengeluarkan dari sakunya. Batozar yang berada di seberang cermin, sedang asyik melukis. Ia menyadari kalau pemegang cermin di seberang butuh bantuannya. Ia pun segera menuju cermin seberang. 

Lanjutkan membaca “Komet Miror (Unedited Version) – Tere Liye, Pencarian Pusaka Pemburu”

Jangan Pisahkan!

Baru saja aku melihat postingan dari warga negara asing yang dipisahkan dari anaknya. Sebagai ibu, tentu saja aku ikut tergerak. Aku mencari-cari, apa sih yang lagi viral ini. Oh ternyata, berhubungan dengan pelakor. Ini membuat banyak perempuan, terutama ibu, ikut meradang. 

Bagaimana bisa, menjauhkan seorang anak dari ibunya? Di mana letak hati nuraninya? Eh, ya gak punya, makanya jadi gitu kan dia!

Lanjutkan membaca “Jangan Pisahkan!”

Pinjam Ya!

“Ternyata jam yang rosegold itu mati lho,” kata ibuku. 

“Oh ya? Berarti pinjamin yang lain saja,” kataku ke ibu. 

“Gak mau. Anaknya maunya yang itu. Kata dia, cuma buat gaya-gayaan aja. Kalau mau liat jam tetap ke HP,” terang ibuku. 

Percakapanku dan ibu beberapa hari lalu sampai sekarang masih sering terngiang di kepala. Aku yang sejak kecil selalu memakai jam tangan, memang memanfaatkan sebagai mana mestinya. Sebagai petunjuk waktu. Apalagi aku yang sering mencatat kegiatan harianku, penanda waktu ini cukup penting. Meski tidak semua bisa berjalan sebagai mana mestinya, tapi semua bisa tertata. Jam sebagai aksesoris, jauh dari kamusku. Tapi itu aku ya. Orang lain belum tentu sama. Bukti kasusnya adalah orang terdekatku. 

Lanjutkan membaca “Pinjam Ya!”

Ketika FB Down

FB Down! Panik gak? panik gak? Paniklah, masa gak? Mungkin saja. Tapi pasti tidak semua orang.

“Sayang tidur kah? Coba log in FB, kok gak bisa?” Muncul pesan chat dari suami.

“Tidoor kah? Kok FB gak bisa ya?” Tidak lama mbakku juga mengirimkan pesan serupa. 

Aku yang lagi asyik nonton podcast Denny Sumargo jadi beralih untuk membuka aplikasi Facebook di handphone. Lah, terlog out! Aku mencoba kembali log in, bisa tapi sayang tampilannya seperti akun baru. Tidak seperti bisanya.

Lanjutkan membaca “Ketika FB Down”

FB Down, Panik Gak?

FB Down! Panik gak? panik gak? Paniklah, masa gak? Mungkin saja. Tapi pasti tidak semua orang.

“Sayang tidur kah? Coba log in FB, kok gak bisa?” Muncul pesan chat dari suami.

“Tidoor kah? Kok FB gak bisa ya?” Tidak lama mbakku juga mengirimkan pesan serupa. 

Aku yang lagi asyik nonton podcast Denny Sumargo jadi beralih untuk membuka aplikasi Facebook di handphone. Lah, terlog out! Aku mencoba kembali log in, bisa tapi sayang tampilannya seperti akun baru. Tidak seperti bisanya.

Lanjutkan membaca “FB Down, Panik Gak?”

Mocca Latte Salted Caramel di Kopi Kenangan

Menyambut bulan Ramadan, Kopi Kenangan mengeluarkan varian baru lho. Kali ini beberapa menu muncul dengan variasi blewah. Biar buka puasa makin segar kali ya. Tapi karena blewah bukan buah yang aku suka, maka varian baru ini tidak akan coba kucicipi. Ha-ha

Setelah berbulan-bulan lebih banyak memilih minum varian latte, aku membutuhkan sesuatu yang baru. Kenapa gak cari coffee shop lain? Alasannya sederhana, karena yang ada drive thru Kopi Kenangan dekat rumah. Aku bisa memesan lewat aplikasi dan tinggal ambil ke outletnya tanpa harus turun dari kendaraan.

Kalau ada yang mudah, kenapa pilih yang susah kan! 

Lanjutkan membaca “Mocca Latte Salted Caramel di Kopi Kenangan”

Komet (Unedited Version) – Tere Liye, Setiap Hari Ada Ujiannya

Setelah mengetahui dari Batozar kalau Si Tanpa Mahkota akan pergi ke Klan Komet, Raib, Sely dan Ali segera memberi tahu Av, Miss Selena dan yang lain. Klan Bulan, Matahari dan Bintang segera melakukan pertemuan. Mereka harus segera memutuskan, akan melakukan apa nantinya. 

Di klan Matahari, pertemuan dilakukan. Ternyata festival bunga matahari kembali dilakukan. Hanya saja, kedatangan tiga sahabat kali ini dilakukan saat penutupan. Di mana para peserta akan memetik bunga matahari. 

Lanjutkan membaca “Komet (Unedited Version) – Tere Liye, Setiap Hari Ada Ujiannya”

Milkbun, Roti Sobek dengan Toping Susu yang Melimpah

“Jangan suruh aku bikin yang lagi viral itu ya! Aku mau persiapan bikin tester kue kering!”

Tulis salah satu teman SMAku yang berprofesi baker. Saat membacanya aku mencoba menerka-nerka, apa sih kue yang lagi viral? Cromboloni, kayaknya dia sudah pernah open PO. Setelah mencari informasi ke sana kemari, ternyata yang dimaksud adalah Milkbun. Kenapa juga aku gak tanya langsung sih! Ha-ha. 

Lanjutkan membaca “Milkbun, Roti Sobek dengan Toping Susu yang Melimpah”

Ibu Sakit, Yuk Nikmati

Sedih rasanya, kalau anak-anak apalagi yang masih bayi, jatuh sakit. Rasanya ingin sekali memindahkan rasa sakitnya ke orang dewasa. Bukan tanpa alasan, anak-anak kerap kesulitan mengekspresikan rasa sakit yang dirasa. Jadi kalimat keinginan memindahkan rasa sakit adalah hal yang biasa aku dengar. 

Tapi bagaimana saat orang dewasa yang sakit. Terutama mamanya. Duh! Yakin deh, langsung gonjang-ganjing itu rumah! Benar kan! Kan! Kan! Kan! 

Lanjutkan membaca “Ibu Sakit, Yuk Nikmati”

Hai, Aku…

Hai, aku riska. Sebagian teman memanggilku dengan panggilan Betet, Mak Riska atau Mak Cin. Jelas, berbeda lingkaran pertemanan, maka nama panggilanku pun berbeda. Perbedaan ini membuatku lebih mudah mengingat, bertemu dengan mereka di waktu kapan. 

Hanya saja, sejak dulu aku selalu mengenalkan diri dengan namaku sendiri. Pernah, saat baru punya satu anak dan lingkaran pertemananku banyak terhubung dengan ibu-ibu baru, aku membiasakan diri menyebut sebagai Mak Cin. Tapi ternyata, aku sendiri tidak merasa nyaman ketika memperkenalkan diri dengan embel-embel nama anak. Rasanya itu bukan aku. Apalagi bertahun-tahun sebelumnya, inisial nama penaku pun tidak jomplang dari nama asliku. Maka aku makin merasa aneh. 

Lanjutkan membaca “Hai, Aku…”