Kita tidak bisa memilih terlahir dari keluarga seperti apa. Tapi kita bisa memutuskan untuk menjadi seperti apa.
Kurang lebih kalimat seperti itu pernah aku dengar dari seorang sahabat. Saat mendengarnya pertama kali, aku pun makin menyadari kalau yang sudah terjadi, tidak bisa diubah. Namun kita bisa mencoba berusaha melakukan yang terbaik untuk masa depan.
Membaca biografi tidak pernah masuk dalam daftar buku favoritku. Namun ada yang berbeda dengan buku biografi Dr. drg. Ahmad Syaify, Sp. Perio (K), Fisid. Aku pertama kali membaca namanya dari postingan drg Mirza Mangku Anom. Salah satu dokter gigi yang berjuang menyuarakan pembullyan yang terjadi di lingkungan pendidikan kedokteran spesialis. Aku yang tadinya tidak tahu menahu, malah mengikuti semua jalannya kasus. Drg Mirza sangat rajin memposting perkembangan kasus tersebut. Hingga suatu hari ia menceritakan secara singkat petuah-petuah sang ayah yang juga seorang dokter gigi.

Salah satu petuah sang ayah yang cukup mengena di hatiku adalah saat drg Mirza menceritakan kekhawatirannya mengenai masa depan anaknya. Apakah tabungan sudah cukup? Apakah sudah siap anak dan istrinya ketika ia tidak ada. Drg Mirza yang sedang kebingungan pun curhat pada sang ayah. Jawaban ayahnya saat itu adalah yang ditakutkan drg Mirza ada di masa depan, rahasia Allah. Drg Mirza hanya perlu melakukan yang terbaik saat ini tanpa perlu menakuti apa yang terjadi nantinya. Karena itulah aku mulai tertarik membaca buku biografi ayah drg Mirza.
“Di dunia ini tidak ada yang perlu disombongkan. Apalah arti jabatan. Itu hanya sekadar label. Itu pun terbatas waktunya. Sedangkan kita dikenal orang selamanya bukan dari jabatan kita, melainkan sikap kita.” – Dr. drg. Ahmad Syaify, Sp. Perio (K), Fisid.
Sekilas drg Syaify adalah sosok ayah yang banyak diinginkan banyak anak. Sibuk tapi tetap memiliki kedekatan dengan anak-anaknya.
drg Syaify bukan hanya seorang dokter. Beliau juga seorang wartawan sejak menjadi mahasiswa. Jika tulis satu per satu, banyaknya keahlian drg Syaify yang ada di kepalaku adalah kok bisa ada orang yang semultitalenta drg Syaify.
Buku biografinya menceritakan kisah perjalanan hidupnya sejak kecil. drg Syaify harus berjuang untuk menjadi seperti saat ini. Bagian tersedih dari biografi ini adalah saat menceritakan drg Syaify saat masih kecil.
Namun saat menceritakan perjalanan menjadi seorang wartawan, aku menghela nafas. Ternyata dari zaman dahulu kala seorang wartawan memang tidak pernah ada istirahatnya. 24 jam serasa kurang buat mereka. **curhat kah, bosku?** Ha-ha.
Wartawan yang bekerja karena panggilan jiwa memang jauh lebih bersemangat dalam membuat berita. Kalau hanya mencari gaji, aku yakin menjadi wartawan bukan tempat yang tepat.
Prinsipnya, kita bekerja semaksimal mungkin. Adapun hasilnya serahkan kepada Allah. Sedangkan penilaian, biarlah orang lain yang menilainya sendiri.
Keberhasilan drg Syaify tentu saja bukan usahanya sendiri. Tapi juga keluarganya. Istrinya, Ibu Azizah, adalah salah satu pendukung terbesarnya. Ibu Azizah selalu mendukung drg Syaify untuk mendobrak keterbatasannya. Terutama yang berhubungan dengan profesinya yang sebagai dokter gigi.
drg Syaify juga selalu mengajak istri dan anak-anaknya berdiskusi di setiap langkah yang akan beliau ambil. Jika salah satu keluarganya tidak merestui, drg Syaify tidak akan melanjutkannya. Baginya dukungan dari istri dan anak-anak sangat penting.
Karena membeli langsung dari toko yang mereka kelola, aku bisa request tanda tangan beserta quotenya. Bahkan nih, beberapa pembaca boleh curhat dulu. Sehingga nasihat yang diberikan akan sesuai dengan keadaan yang dirasakan.

terima kasih mbak Riska utk review bukunya 🙏
SukaSuka
Huaaaa. Terkejut di sambangi ke sini. 😱😱😱😱
Terima kasih juga dokter 🙏🏻🙏🏻.
Semoga dokter sekeluarga sehat dan bahagia selalu.
SukaSuka