Siapa disini yang pengin punya pacar atau suami ganteng, tinggi, berwibawa, romantis tapi agak dingin dan berseragam? Meski dingin, tapi setia. Kalau ada, buku ini cocok dijadikan bacaan.
Polisi atau dokter adalah beberapa pilihan profesi yang sering dianggap menjanjikan masa depan. Makanya tidak sedikit orang tua yang berharap anaknya berjodoh dengan kedua profesi ini. Apakah orang tuamu seperti itu? Atau kamulah orang tua yang menginginkannya?
Lapangan Merdeka Balikpapan, boleh dibilang sebagai salah satu destinasi wisata warganya. Dulu, lapangan merdeka selalu identik dengan lapangan untuk upacara kenegaraan atau acara-acara hiburan. Lapangan ini sebenarnya milik PT Pertamina. Namun, karena lokasinya yang strategis membuat banyak warga kota banyak yang memilih jalan-jalan ke kawasan ini. Sebagai anak yang lahir dan besar di Balikpapan, tentu aku juga punya segudang memori di kawasan ini.
Lapangan Merdeka selalu jadi tempat yang seru untuk berolahraga. Seperti berjalan kaki, jogging atau bersepeda. Sudah beberapa tahun ini, kawasan lapangan merdeka dipenuhi para pedagang makanan dan hiburan anak-anak. Ya mirip dengan pasar malam. Hanya saja, Balikpapan yang semakin ramai dan macet membuatku malas mengajak anak-anak ke Lapangan Merdeka.
Siapa takut masuk SMA? Memangnya kenapa dengan SMA? Buat anak-anak yang bersekolah di SMA sepertiku pasti akan bingung dengan pertanyaannya. Tapi buat anak-anak yang bersekolah di pondok pesantren, pasti akan dag dig dug duer dengan pertanyaan seperti itu. Bagaimana kalau kita balik saja, siapa takut masuk pondok? Errr, kalau pertanyaan itu dilemparkan dulu saat remaja, pasti aku takut banget.
Apalagi dulu yang selalu aku dengar, pondok pesantren adalah tempat anak-anak agamis atau malah sangat bandel. Jadi kalau orang tuanya gak optimis dengan bekal akhirat, ya pesimis sama anaknya. 🙏🏻
Mau nongkrong tapi harus bawa anak-anak? Pengin ada lokasi indoornya? pengin yang bikin anak-anak betah? Atau pengin sekalian cuci mobil? Nah ada Saro Coffee and Eatery, tempat nongkrong yang disukai banyak orang. Ada banyak sih alasan kenapa Saro jadi pilihan, di antaranya lokasi kafe yang strategis. Kafe ini terletak di kawasan Perumahan Sepinggan Pratama, Jalan Syarifuddin Yoes, Balikpapan Selatan. Belum lagi vibes di perumahannya selalu membuatku terkagum-kagum. Eh tapi ini akses jalan utama perumahan sih. Ketika masuk ke area cluster, sama saja seperti perumahan biasanya. He-he.
“Aku gak bisa masak. Aku bersyukur banget suamiku gak memaksaku untuk masak sarapan, makan malam dan lain-lain,”
Tadi pagi muncul cuplikan percakapan dua orang artis, di berandaku. Cuplikan tersebut kembali dibagikan oleh konten kreator yang memang selalu membahas dunia ibu rumah tangga, biasa. Bukan yang dari kalangan artis atau ibu rumah tangga yang punya full support system.
Misalnya seperti aku yang menyerahkan urusan masak sepenuhnya ke ibu. Alasannya karena ada anak paling kecil yang masih nempelin kemana-mana. Ibu dan suami sama-sama sepakat, bahwa aku harus fokus pada anak. Yang lain nomer sekian.
Kegiatan lain seperti mencuci dan setrika misalnya, saat hamil sampai anak usia 1 tahun mencuci banyak dilakukan ibu. Dan menyetrika aku serahkan pada pihak ketiga, alias laundry.
Setelah kemarin hari Senin yang terasa kebat-kebit, hari ini terasa santai. Aku memutuskan untuk membuat jus buah. Kebetulan di kulkas ada banyak sekali buah yang tersedia. Ada nanas, jeruk, lemon, kiwi, dan apel.
Jika biasanya aku membuat jus dengam blender. Kali ini aku memutuskan untuk menggunakan slow juicer. Aku menggunakan nanas, jeruk, lemon dan wortel. Karena bukan hanya untukku, aku membuat agak banyak. Supaya ibu dan anak-anak juga bisa dinikmati.
Penggunaan plastik sekali pakai di kota Balikpapan harusnya sudah banyak berkurang. Kenapa? Karena sudah beberapa tahun belakangan ini, banyak supermarket yang tidak menyediakan kantong sekali pakai. Lupa bawa tas belanja, artinya kita harus membeli tas belanja yang bisa digunakan berkali-kali. Saat awal sosialisasi dulu, perlu kerja keras. Banyak yang merasa keberatan dengan peraturan ini.
Tapi sekarang sudah banyak yang terbiasa. Sayangnya, penggunaan kantong sekali pakai ini masih jadi hal yang wajar di pasar tradisional. Aku yang sampai saat ini masih memaksakan diri untuk mengurangi sampah plastik sering kebabalasan.
“Ayo kak, sudah jam 9.40. Waktunya kita berangkat,” kataku ke Cinta. Hari ini jadwal Cinta ekstrakurikuler panahan. Karena durasi ekstrakurikuler tidak terlalu lama, aku selalu menunggu di sekolah. Jarak rumah dan sekolah memang tidak terlalu jauh, jadi kalau aku memutuskan untuk pulang, masih sempat untuk leha-leha.
Hanya saja aku malas untuk bolak baliknya. Apalagi jalanan yang kami lewati sedang diperbaiki. Tidak menimbulkan kemacetan, tapi jadi terasa lebih lambat.
“Sayang-sayangku, tolong ya mandinya yang serius. Selain biar cepat, kalau serius jadi hemat air juga,” kataku mengingatkan Cinta dan Rangga saat akan mandi sore.
Biasanya yang suka mandi berlama-lama adalah Cinta. Entah sambil membuat sabun atau menyikat kamar mandi, yang sebenarnya juga sambil bermain.
“Kerannya dinyalain gak mah?” tanya Cinta. Karena air di bak tinggal setengah, akupun mengiyakan pertanyaan Cinta. Karena setalah Cinta, akan menyusul giliran Rangga, Bunga dan terakhir aku. Usai anak-anak mandi, artinya giliran emaknya.
Empat orang sahabat, dipertemukan pertama kali di sebuah sekolah kedokteran. Yasen, Hilman, Asran dan Sudiro. Keempatnya berasal dari suku, daerah dan latar belakang keluarga yang jauh berbeda. Yasen adalah seorang non muslim, berbeda dengan ketiganya. Alasan masuk sekolah kedokteran Stovia pun sebenarnya juga berbeda. Ada yang terpaksa, tapi ada juga yang karena alasan mulai membantu sesama.
Yasen tidak pernah berniat sekolah kedokteran di Batavia. Apalagi dia sudah memiliki seorang kekasih hati. Orang tua kekasih hatinya, begitu menyukai Yasen. Tapi sayang, tidak dengan kedua orang tua Yasen. Mereka menginginkan Yasen menjadi seorang dokter yang sukses. Ketika Yasen melakukan sebuah kesalahan, tak ada lagi alasan untuknya menolak perintah bersekolah di Batavia.