Kita tentu sudah sering melihat tanda khusus untuk ibu hamil, orangtua dan disabilitas. Di transportasi publik, kita tentu saja harus mengutamakan mereka. Tapi kalau diingat-ingat, norma kesopanan di budaya kita juga sudah membiasakan hal tersebut.
Sebagai ibu penggendong, aku sering sekali diberikan kesempatan untuk menggunakan kursi khusus tanpa kuminta. Aku bersyukur sekali karena orang-orang yang aku temui peka. Meski sebenarnya aku tidak mempermasalahkan sama sekali ketika harus berdiri cukup lama. Jujur saja, duduk diam membuatku lebih mudah gelisah. Selain itu, ibu-ibu yang sering menggendong anaknya punya gerakan berayun yang selalu dilakukan tanpa sadar.
Kindle adalah salah satu merek e-reader yang dikembangkan perusahaan Amazon. Kindle dirancang khusus untuk membaca buku dalam bentuk digital. Di beberapa e-reader berbasis android, pengguna bisa menginstal aplikasi membaca. Di Kindle, pengguna hanya bisa membaca buku yang sudah dibeli di laman buku Amazon. Atau mengkonvert buku yang dibeli menjadi PDF.
Saat memutuskan untuk membeli e-reader, ada banyak yang kupertimbangkan. Di antaranya, harga, keawetan, kemudahan saat penggunaan, kemudahan dalam berbelanja buku. Berminggu-minggu aku mencari reviewnya di youtube. Mana yang cocok dengan keinginanku. Kindle ataukah e-reader lain yang berbasis android.
Tuliskan sedikit tentang tradisi keluarga favorit Anda.
Sebenarnya ini bukan tradisi yang dilakukan keluarga besarku. Tapi memberi bunga menjadi tradisi yang selalu dilakukan suamiku. Awalnya hanya saat aku ulang tahun, dilanjutkan dengan hari pernikahan.
Tapi ternyata memiliki anak perempuan sama dengan saingan versi rukun. Ha-ha. Sejak kecil Cinta terbiasa melihat papahnya memberi bunga, maka pernah tidak sengaja terucap ia ingin diberi bunga seperti mamahnya.
Mari kita mulai biasakan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari prompt. Ha-ha.
Pertanyaannya ini sedikit membuatku tertekan. Pasalnya koki utama di rumah adalah ibuku. Jika aku harus memasak makanan untuk anak-anak, tidak lain dan tidak bukan adalah telur. Bisa telur dadar, telur goreng, telur rebus dan eerr telur apa lagi ya? Oh iya, pancake yang salah satu bahan dasarnya adalah telur.
Jadi jawaban dari pertanyaan di atas adalah telur. Tapi nih ya, anak-anak tidak selalu minta.
Aku tidak hobi memasak. Namun aku menyukai kegiatannya. Apalagi saat mengerjakannya bersama anak-anak. Hanya karena ada bayi yang membutuhkan perhatian lebih banyak dan jam antar jemput anak yang mepet, aku mengalah untuk tidak masuk dapur. Ditambah lagi, aku juga males mendengar keluhan ibu soal dapur yang kotor.
Kalau akunya lagi waras, cuek aja mendengar celotehan ibuku. Tapi kalau lagi lelah batin, makin ingin menangis kan jadinya.
Jangan terbang saat flu sering sekali aku dengar. Karena tekanan udara saat di pesawat bisa membuat tidak nyaman telinga. Beberapa kali terbang dengan rasa tidak nyaman di telinga, biasanya tidak membuatku terganggu. Aku tak pernah mengeluhkannya. Mungkin karena toleransi rasa sakitnya masih bisa kuatasi. Suami beberapa kali merasakan telinga yang berdengung saat naik pesawat. Saking tidak nyamannya, ia sampai berkunjung ke dokter THT untuk mengecek kondisi telinga. Alhamdulillah, tidak ada berlangsung lama.
Dulu waktu saat masih duduk di bangku sekolah, aku sering sekali mendengar kalimat sistem kebut semalam alias sks. Ini adalah cara yang biasa dilakukan oleh para pelajar saat ulangan tiba. Belajar saat malam hari sebelum waktu ulangan.
Meski bukan masuk golongan anak pandai, nilaiku juga tidak rendah. Aku berada di kalangan menengah. Rajin tidak, tapi malas juga tidak. Pokoknya aku tetap menjalankan tugasku sebagai murid tanpa harapan yang terlampau tinggi.
Apa yang ada dibayangan Anda ketika mendengar nama Bukit Kebo? Bukit yang dihuni banyak kebo? Bukit yang ada kandang kebonya? Atau apa?
Kalau aku, bukit yang dihuni banyak kebo. Kita dan kebo seperti berteman akrab. Ha-ha. Di Balikpapan Utara, banyak yang mengenal dengan sebutan Bukit Kebo Km 8. Untuk menuju lokasi, kita bisa melalui dua arah. Pertama dari jalan Soekarno Hatta dan kedua dari jalan Proklamasi, Manggar. Lebih dekat lewat mana. Tergantung. Kalau rumahnya di Teritip, ya tentu lebih dekat lewat Manggar. **dikeplak
Teratai. Seperti nama bunga ya. Tokoh dalam buku ini bernama Teratai Ayu Kencana. Kita akan diajak ke suasana adat jawa yang cukup kental. Aku sih merasa seperti di masa lalu. Entah apakah zaman sekarang masih ada tradisi abdi yang mengabdi setia pada juragannya. Mirip seperti keraton tapi kalau di novel ini adalah seorang juragan saja.
Teratai hidup selalu dengan kesulitan. Ibunya dituduh menjadi seorang pengkhianat. Ibunya dulu adalah seorang abdi di rumah juragan reksa. Saat juragan reksa kecil, ibunya menghilang. Pergi entah kemana. Ibu teratai adalah orang kepercayaannya. Sebenarnya ibu Teratai juga tidak tahu, kemana ndoronya pergi. Tapi ia tidak mau dituduh sebagai pengkhianat. Maka hukumannya ia diusir dan dikucilkan warga. Sehari-hari Teratai dan ibunya akan mencari bahan makanan di hutan. Terkadang mereka menjadi buruh di pasar. Sayangnya orang-orang di pasar juga tidak banyak mau membantu. Mereka terlalu takut pada sang juragan.
Kawasan Balikpapan Timur, identik dengan wisata pantainya. Yups, warganya tinggal memilih ingin mengunjungi jajaran pantai yang mana. Tapi sekarang, ada wisata lain yang bisa dijadikan pilihan. Namanya Pasar Tumpah Pringgondani, yang berlokasi di kampung wisata Teritip.
Pasar Tumpah Pringgondani, sering sekali muncul di beranda sosial mediaku. Sudah lama sekali aku ingin jalan-jalan ke sana. Alhamdulillah, Minggu ini kunjungan bisa dilakukan. Tak hanya ibu dan anak-anak, aku juga mengajak sepupu dan keponakanku. Tentu saja mereka semua antusias.
“Halo mbak, rumahnya di RT 41 kan?” tanya suara dari seberang telpon.
“Iya mas,” jawabku.
“Ok mbak. Cuma mau memastikan. Soalnya di alamat kok tertulisnya RT 4. Padahal seingat saya rumah mbak di RT 41,” jelasnya.
“Seperti biasa ya mas,” pesanku mengingatkan”
Seperti biasa yang kumaksud adalah meletakkan paket di teras rumah. Sejak pandemi, aku selalu meminta para kurir untuk meletakkan paket di teras rumah. Bukan hanya karena menjaga jarak kala itu, tapi juga karena aku kasihan dengan para kurir jika harus menungguku keluar rumah.
“Mbak kalau paketnya hilang gimana?” pernah seorang kurir bertanya.
“Insya Allah aman mas. Kalau hilang, berarti bukan rezeki saya,” jawabku. Percayakan saja semua pada Allah. Pertanyaanya mungkin karena khawatir, kalau kejadian hilang, bisa-bisa dia juga akan kena masalah kan.
Jika ada kurir yang semangat memanggil-manggil namaku saat mengantarkan paket, bisa dipastikan ia adalah kurir baru. Bahkan ada satu kurir yang cukup senior, ia tidak pakai ba bi bu, langsung pluk meletakkan paket ke teras. Seperti itulah yang aku suka. Ha-ha.
Karena kebiasaan tidak mau menemui kurir ini, aku sempat membuat panik seorang seller. Karena barang yang dikirim berjenis makanan. “Mbak, kok dilempar. Nanti hancur!” Balasan chatnya saat aku meminta melemparkan paketan ke teras.
Belanja online dengan pembayaran COD hampir tidak pernah aku pilih. Jika harus dilakukan, ya terpaksa. Itupun jarang sekali. Kenapa? Karena jam keluar rumahku, kadang tidak terprediksi. Setelah mengantar anak-anak mengaji, kadang aku bisa mampir ke rumah mbakku, ke pasar dan lainnya. Kadang kurir sudah ditunggu-tunggu, eh datangnya malam.
Pernah suatu hari ada paket yang dinyatakan hilang. Bukan di rumahku, tapi saat masih di ekspedisi. Karena masa pengiriman sudah melewati batas, maka danaku langsung di kembali marketplace oleh yang kugunakan. Dua hari kemudian, paketnya datang. Maka aku langsung menghubungi seller dan diminta mentransfer sesuai dengan pembelanjaanku sebelumnya. Eh belum selesai, tiga hari kemudian aku dihubungi oleh kurir yang biasa mengantarkan paketanku. Ia meminta konfirmasi apakah paket tersebut sudah aku terima. Tentu saja aku menjawab sudah lengkap dengan tanggal penerimaan barang. Kemudian admin ekspedisi lain menghubungiku. Sebelumnya ia meminta maaf, karena status paket dinyatakan hilang dan tetap dikirimkan. Ia memintaku untuk mentransfer dana yang sesuai, karena mereka harus mengganti paketan yang dinyatakan hilang. Pilihannya aku harus mentransfer ke ekspedisi atau mengembalikan barang tersebut.
Jujur saja, aku sempat mengira ini penipuan. Ha-ha. Aku langsung menjelaskan bahwa aku sudah mentransfer sesuai dengan nominal yang seller minta. Alhasil admin ekspedisi harus berurusan langsung dengan seller. Tentu saja aku tidak mau ikut campur lagi. Apalagi aku sudah membayar sesuai dengan ketentuannya.
Hal-hal seperti ini memang tidak sering terjadi, namun tentu saja bisa bikin kita khawatir ya. Apalagi kalau ketemu seller atau petugas ekspedisi yang jutek. Rasanya, ku menangiiiiisssss…