Saat Luka Bicara, Hati Belajar Sembuh

Kadang muncul pikiran yang sunyi: jika seseorang pergi selamanya, apakah ada yang benar-benar merasa kehilangan? Apakah ada yang menyesali hal-hal yang tak pernah terucap?

Menyembuhkan luka bukanlah proses yang cepat. Sebanyak apa pun cinta yang diberikan, trauma tidak serta-merta hilang. Ia membutuhkan waktu—dan kesabaran untuk merawatnya.

Sering muncul pertanyaan… apakah cinta itu masih ada? Apakah ketulusan itu nyata? Atau jangan-jangan semua hanya karena rasa takut kehilangan?

Lanjutkan membaca “Saat Luka Bicara, Hati Belajar Sembuh”

Narcissistic Personality Disorder – Moon Nina, Kisah Nyata Perjuangan Istri

Tidak ada satu orangpun yang ingin gagal, termasuk dalam pernikahan. Aku yakin, setiap pasangan pasti ingin menjalani pernikahannya dengan bahagia. Tapi bagaimana, kalau kebahagiaan itu hanya diusahakan oleh satu orang saja. Bagaimana kalau ternyata berjuang itu bukan bersama-sama, apakah pernikahan itu tetap bisa berakhir bahagia? 

Nina ibu dari empat anak yang masih kecil-kecil. Sejak awal pernikahan, Nina sudah merasa ada yang mengganjal. Namun ia selalu berusaha untuk melihat dari sudut pandang yang positif. 

Saat PO buku ini, berhadiah totebag dengan quote penyemangat.
Lanjutkan membaca “Narcissistic Personality Disorder – Moon Nina, Kisah Nyata Perjuangan Istri”

Sorak Sorai Saat Proses Melamar

Mencari buddy di pekan ini sungguh menyenangkan. Karena saya harus bisa memilih-milih mana yang cocok di hati. Dari proses pencarian buddy ini, Mbak ayu adalah orang pertama yang menyapa saya di massanger saat proses perkenalan dulu. Seperti jatuh cinta pada pandangan pertama ya, he-he.

Dari mbak ayu saya belajar untuk tidak malu-malu dalam berkenalan dan bertanya. Apalagi komunikasi dengan mbak ayu tidak melulu soal perkuliahan di Bunda Sayang.

Lanjutkan membaca “Sorak Sorai Saat Proses Melamar”

Waktunya Ngobrol dengan Diri Sendiri

Alhamdulillah, peta belajar di pekan ke empat tahap telur sudah saya selesaikan. Saatnya saya mengalirkan perasaan ini. Lega sekaligus bahagia karena bisa melewati tahapan-tahapan telur. Ternyata saya memang perlu waktu bercakap-cakap dengan diri sendiri. Mencari dan menemukan kebutuhan diri. Ya, sebelum menjadi ibu yang bahagia tentu saya harus bisa membahagiakan diri sendiri. Saya bahagia maka saya bisa menjalani peran-peran lain dengan bahagia.

Lanjutkan membaca “Waktunya Ngobrol dengan Diri Sendiri”

Aliran Rasa Game Level 10 : Membangun Karakter Anak Melalui Dongeng

Membaca adalah salahsatu hobi yang saya contoh dari bapak. Komunikasi saya dan bapak sejak kecil, tidaklah sebaik saat saya dewasa. Namun dengan membaca saya merasa sangat dekat dengan bapak. Tapi apakah hobi daya itu, juga akan disukai oleh Cinta dan Rangga? Entahlah.

Lanjutkan membaca “Aliran Rasa Game Level 10 : Membangun Karakter Anak Melalui Dongeng”

Aliran Rasa Game Level 9 : Kreatif dengan Cinta

Cita-cita saya itu, menjadi kreatif. Begitu ingin melakukan sesuatu, kepercayaan diri saya tiba-tiba lenyap.

Tak nyaman rasanya. Ingin memulai lagi, terkadang sudah down duluan. Saya tak ingin Cinta seperti itu. Lanjutkan membaca “Aliran Rasa Game Level 9 : Kreatif dengan Cinta”

Aliran Rasa Game Level 8

Di tantangan level 8 ini, saya makin tertohok dengan materi-materi dan perjalanan belajar saya dan Cinta. Bagaimana tidak, ternyata saya sangat boros 😢. Huft!

Alhamdulillah, di level ini saya diingatkan kembali bahwa di kelas Bunda Sayang, sayalah yang banyak belajar dan menggali ilmu. Cinta (dan Rangga) adalah partner yang nanti akan mencopypaste semuanya.

Lanjutkan membaca “Aliran Rasa Game Level 8”

Aliran Rasa Game Level 7 : Semua Anak adalah Bintang

Sering kali, kita hanya terfokus pada titik hitam di selembar kertas putih. Padahal kertas putih lebih dominan. Jika saja kita melihat kertas putihnya, tentu akan ada banyK hal yang kita syukuri.

Tantangan level 7 ini mengingatkan saya pada buku Cacing dan Kotoran kesayangannya. Karya Ajahn Brahm.

Lanjutkan membaca “Aliran Rasa Game Level 7 : Semua Anak adalah Bintang”